oleh GPdI KHARISMA pada 30 Maret 2010 jam 4:58
“Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya” (Yohanes 19:33).
Mari kita lihat beberapa fakta tentang kematian Tuhan Yesus.
Pertama, kematian Kristus di kayu salib itu nyata. Banyak orang yang frustasi dengan menggugat keilahian Yesus lalu mereka mulai mempersoalkan kematian Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus itu sebenarnya tidak mati, melainkan pingsan. Setelah “siuman” Yesus melarikan diri ke India dan menjadi pertapa di sana. Ada lagi yang mengatakan bahwa sebelum disalibkan Yesus disembunyikan murid-murid-Nya dan digantikan orang lain yang mirip dengan-Nya. Jadi yang disalibkan itu sebenarnya bukan Yesus. Sebenarnya orang-orang ini hanyalah mengarang cerita untuk menjatuhkan argumentasi para penulis Injil. Tetapi mereka lupa bahwa penulis Injil itu berdasarkan saksi mata dan bahkan mereka sendiri ada yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Para saksi inilah yang patut dipercayai daripada para pembual.
Kedua, kematian Yesus bukanlah kecelakaan, tetapi penggenapan rencana Allah. Kematian Yesus di kayu salib bukanlah permainan sandiwara untuk membuat ceritanya lebih dramatis. Ini bukanlah cerita sensasi semata untuk mencari popularitas, tetapi semua adegan di Golgota adalah murni merupakan penggenapan rencana Allah bagi keselamatan manusia. Selama beribu-ribu tahun sejak manusia pertama jatuh di dalam dosa, Allah telah merencanakan keselamatan ini. Bahkan sejak semula Allah berkata bahwa keturunan manusia ini akan meremukkan kepala si ular (Kej. 3:15). Yesus itulah yang dimaksud dengan keturunan ini. Dan Yesus telah menggenapi melalui kebangkitan-Nya dari maut!
Ketiga, kematian Yesus membuka pintu anugerah lebar-lebar. Terbelahnya tirai yang memisahkan antara ruang suci dengan ruang maha suci bukanlah sebuah simbol atau kejadian yang kebetulan, tetapi memang benar bahwa tirai itu sobek! Allah sudah “tidak nyaman” lagi tinggal sendirian dalam ruang maha suci itu, artinya, Dia mau berdiam dalam gereja-Nya - umat yang telah dikuduskan dengan darah Yesus. Dan kita seharusnya menyadari akan kebenaran ini supaya kita mempunyai kebebasan penuh untuk bersekutu dengan Allah.
Kematian Yesus adalah berkat bagi orang benar. Proses ini harus dilalui terlebih dahulu sebelum Ia dibangkitkan dan mengalahkan maut. Kiranya iman kita semakin diteguhkan dengan renungan hari ini. Yesus mati supaya manusia hidup.

Mari kita lihat beberapa fakta tentang kematian Tuhan Yesus.
Pertama, kematian Kristus di kayu salib itu nyata. Banyak orang yang frustasi dengan menggugat keilahian Yesus lalu mereka mulai mempersoalkan kematian Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus itu sebenarnya tidak mati, melainkan pingsan. Setelah “siuman” Yesus melarikan diri ke India dan menjadi pertapa di sana. Ada lagi yang mengatakan bahwa sebelum disalibkan Yesus disembunyikan murid-murid-Nya dan digantikan orang lain yang mirip dengan-Nya. Jadi yang disalibkan itu sebenarnya bukan Yesus. Sebenarnya orang-orang ini hanyalah mengarang cerita untuk menjatuhkan argumentasi para penulis Injil. Tetapi mereka lupa bahwa penulis Injil itu berdasarkan saksi mata dan bahkan mereka sendiri ada yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Para saksi inilah yang patut dipercayai daripada para pembual.
Kedua, kematian Yesus bukanlah kecelakaan, tetapi penggenapan rencana Allah. Kematian Yesus di kayu salib bukanlah permainan sandiwara untuk membuat ceritanya lebih dramatis. Ini bukanlah cerita sensasi semata untuk mencari popularitas, tetapi semua adegan di Golgota adalah murni merupakan penggenapan rencana Allah bagi keselamatan manusia. Selama beribu-ribu tahun sejak manusia pertama jatuh di dalam dosa, Allah telah merencanakan keselamatan ini. Bahkan sejak semula Allah berkata bahwa keturunan manusia ini akan meremukkan kepala si ular (Kej. 3:15). Yesus itulah yang dimaksud dengan keturunan ini. Dan Yesus telah menggenapi melalui kebangkitan-Nya dari maut!
Ketiga, kematian Yesus membuka pintu anugerah lebar-lebar. Terbelahnya tirai yang memisahkan antara ruang suci dengan ruang maha suci bukanlah sebuah simbol atau kejadian yang kebetulan, tetapi memang benar bahwa tirai itu sobek! Allah sudah “tidak nyaman” lagi tinggal sendirian dalam ruang maha suci itu, artinya, Dia mau berdiam dalam gereja-Nya - umat yang telah dikuduskan dengan darah Yesus. Dan kita seharusnya menyadari akan kebenaran ini supaya kita mempunyai kebebasan penuh untuk bersekutu dengan Allah.
Kematian Yesus adalah berkat bagi orang benar. Proses ini harus dilalui terlebih dahulu sebelum Ia dibangkitkan dan mengalahkan maut. Kiranya iman kita semakin diteguhkan dengan renungan hari ini. Yesus mati supaya manusia hidup.

0 komentar:
Posting Komentar