Rabu, 13 Juli 2011

Dalam rangka menyambut hari "Jumat Agung", untuk kita semua mengingat lagi kasihNya yang luarrrr biasaaaa




BEDAH MEDIS
KEMATIAN TUHAN YESUS KRISTUS

Secara medis, penyebab kematian Tuhan Yesus bukan hanya dimulai saat Ia disiksa oleh tentara Romawi. Sebelum itu, Setelah peristiwa Perjamuan Terakhir, Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani. Ketika Tuhan Yesus berdoa, Injil Lukas merekam bahwa peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Lukas 22:44b). Bisa jadi, hal ini memang hanya Lukas yang menyadarinya karena Lukas adalah seorang Tabib sehingga ia bisa memperhatikan keadaan fisik Tuhan Yesus.
Yang sesungguhnya dilihat Lukas pada malam itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh, melainkan memang itu bisa terjadi dan dapat diterangkan secara medis. Peristiwa ini adalah sebuah kejadian langka yang dapat terjadi pada diri seseorang saat ia mengalami emosi yang sangat berat. Injil Markus mencatat Yesus mengatakan : “Mau mati rasanya”. Kesedihan yang dialami-Nya begitu luar biasa sehingga Ia nyaris tidak bisa menanggungnya. Emosi yang sedemikian berat itu menyebabkan pecahnya pembuluh darah di kulit. Kemudian darah keluar melalui kelenjar keringat bersama dengan keringat. Keadaan ini disebut “HEMATIDROSIS” atau “HEMAHIDROSIS”. Yang bila keluar banyak sekali dapat menyebabkan “HIPOVOLEMI”. Dari sinilah sebenarnya proses kematian Tuhan Yesus dimulai.
Dari Taman Getsemani, Tuhan Yesus ditangkap. Dalam kesendirian-Nya karena murid-murid-Nya kocar kacir, Ia menghadap Hanas dan kemudian Kayafas. Emosinya terasa semakin berat karena Ia menderita sendiri, ditinggalkan oleh orang-orang yang amat dikasihi-Nya. Ditambah lagi Ia mulai mendapat pukulan fisik. Di Pengadilan agama, wajah-Nya ditampar (Yohanes 18:23) dan dipukuli (Lukas 22:63) mulai pukul 01.00 sampai dini hari.
Sebelum Ia dihukum mati, Ia dibawa ke Pengadilan Romawi. Keadaan fisik Tuhan Yesus saat itu sudah semakin lemah karena Ia tidak tidur semalaman, tidak makan atau minum, juga dipaksa berjalan dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya cukup jauh – ditambah lagi dengan pukulan-pukulan serta ejekan-ejekan, plus kesendirian-Nya. Di depan Pengadilan Romawi, Tuhan Yesus mulai mendapat aniaya yang luar biasa lewat hukuman cambuk. Pada masa itu dikenal 2 macam cambuk dera. Yang satu berupa sebatang tongkat atau ranting-ranting, jenis ini digunakan untuk menghukum warga negara Romawi. Yang kedua berupa cambuk bergagang kayu dengan satu sampai tiga helai kulit atau tali. Ujungnya ada yang diberi bulatan keras atau paku kecil. Jenis inilah yang dipakai untuk menghukum mereka yang bukan warga negara Romawi. Jenis kedua inilah yang digunakan untuk mencambuk Tuhan Yesus.
Menurut Undang-Undang Romawi, yang memberi perintah pengesahan adalah Pontius Pilatus. Itu artinya Tuhan Yesus tidak dicambuk 39 kali seperti yang diperkirakan oleh orang selama ini. Menurut buku “MANUSIA KAIN KAFAN”, penyesahan ini sebanyak 21 kali dari kanan dan 21 kali dari sebelah kiri. Dengan demikian, jumlah luka yang terdapat pada tubuh Tuhan Yesus sampai di kaki-Nya adalah 726 buah dengan kulit, daging dan otot yang pasti ikut tercabik.
Namun demikian, para algojo yang mendera itu amat mahir sehingga mereka tidak memukul daerah-daerah mematikan, seperti wilayah jantung, misalnya. Luka-luka ini menimbulkan rasa nyeri dan pendarahan yang amat banyak. Kondisi ini dapat membawa Tuhan Yesus pada keadaan PRE SHOCK.
Dari sini, Tuhan Yesus membawa bagian horizontal dari salib (Patibulum) yang beratnya kurang lebih 50 kg ke Bukit Golgotha yang terletal di luar kota. Dalam perjalanan, Yesus memikul petibulum pada pundak-Nya dengan kedua lengannya terantang serta diikat pada ujung kanan kiri Petibulum. Bila jumlah terhukum lebih dari satu, mereka akan dihubungkan satu sama lain dengan mengikat seutas tali. Ujung kiri dari petibulum masih diikat ke pergelangan kaki kirinya. Hal ini untuk mencegah para tawanan tidak memukul tentara dengan Patibulum dan melarikan diri.
Dalam buku “MANUSIA KAIN KAFAN” disebut bahwa Yesus adalah terhukum yang diletakkan paling belakang. Padahal kondisi tubuh-Nya paling lemah dibandingkan 2 orang terhukum lainnya. Dengan kondisi paling lemah tentu Ia berjalan paling lambat. Akibatnya kedua penjahat yang berjalan di depannya sering menghentakkan petibulum untuk memaksa Tuhan Yesus mempercepat jalan-Nya. Hentakkan ini menyebabkan patibulum Tuhan Yesus yang sebelah kanan tersentak ke depan sedangkan yang sebelah kiri akan terlempar ke belakang dan ini membuat kaki kiri-Nya tertahan, bahkan tertarik kie belakang pula. Keadaan ini membuat Tuhan Yesus jatuh tertunduk pada lutut-Nya atau terjerembab dengan wajah yang terbentur batu. Hal ini terjadi berkali-kali. Daripada Yesus mati, para pengawal itu segera memanggil Simon dari Kirene.
Sampai di Golgotha, Tuhan Yesus di salib. Paku yang digunakan ukuran kepalanya 1x1 cm dan panjangnya 13-18 cm. Paku ini ditempatkan pada bagian tangan yang diperkirakan dapat menahan tubuh terhukum supaya tidak sampai melorot ke bawah, tepatnya di pergelangan tangan. Setelah kedua lengan direntangkan dan dipaku, patibulum bersama terhukum diangkat oleh para pengawal untuk memasukkan lubang patibulum ke bagian vertical.
Berikut yang dipaku adalah kakinya, di mana sudah disediakan tempat berpijak. Tempat ini ada agar terhukum lebih lama menderita sebelum mati. Perdarahan dipergelangan tangan ini memang tidak banyak, tapi pasti menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Mengapa? Ada beberapa syaraf yang terkena. Demikian pula dengan kaki-Nya. Rasa nyeri akan terus menerus dirasakan bila ia bergerak selam tergantung di salib.
Selain itu gesekan punggung yang penuh luka dengan kayu salib yang kasar akan menambah nyeri dari bekas luka perderaan. Otomatis darah yang tadinya sudah mongering akan kembali mengalir. Akibat rasa nyeri ini, Yesus mengalami kesulitan saat mengambil nafas. Akibat perdarahan yang dialaminya ini, Yesus akan masuk dalam kondisi GAGAL JANTUNG, keadaan inilah yang menyebabkan kematian-Nya di kayu salib.
Keadaan lain yang mempercepat kematian diri-Nya adalah kondisi tubuh-Nya yang sudah sangat lemah saat Ia digantung di kayu salib. Hal ini ditambah lagi dengan PENIKAMAN DI SELA TULANG IGA. Tikaman ini menembus PARU-PARU KANAN menuju BILIK KANAN  dan SERAMBI KANAN JANTUNG.
                                              
 
I Petrus 1:18-19
“Sebab kamu tahu, bahwa kanu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. ”

Rabu, 13 Juli 2011

Dalam rangka menyambut hari "Jumat Agung", untuk kita semua mengingat lagi kasihNya yang luarrrr biasaaaa




BEDAH MEDIS
KEMATIAN TUHAN YESUS KRISTUS

Secara medis, penyebab kematian Tuhan Yesus bukan hanya dimulai saat Ia disiksa oleh tentara Romawi. Sebelum itu, Setelah peristiwa Perjamuan Terakhir, Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani. Ketika Tuhan Yesus berdoa, Injil Lukas merekam bahwa peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Lukas 22:44b). Bisa jadi, hal ini memang hanya Lukas yang menyadarinya karena Lukas adalah seorang Tabib sehingga ia bisa memperhatikan keadaan fisik Tuhan Yesus.
Yang sesungguhnya dilihat Lukas pada malam itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh, melainkan memang itu bisa terjadi dan dapat diterangkan secara medis. Peristiwa ini adalah sebuah kejadian langka yang dapat terjadi pada diri seseorang saat ia mengalami emosi yang sangat berat. Injil Markus mencatat Yesus mengatakan : “Mau mati rasanya”. Kesedihan yang dialami-Nya begitu luar biasa sehingga Ia nyaris tidak bisa menanggungnya. Emosi yang sedemikian berat itu menyebabkan pecahnya pembuluh darah di kulit. Kemudian darah keluar melalui kelenjar keringat bersama dengan keringat. Keadaan ini disebut “HEMATIDROSIS” atau “HEMAHIDROSIS”. Yang bila keluar banyak sekali dapat menyebabkan “HIPOVOLEMI”. Dari sinilah sebenarnya proses kematian Tuhan Yesus dimulai.
Dari Taman Getsemani, Tuhan Yesus ditangkap. Dalam kesendirian-Nya karena murid-murid-Nya kocar kacir, Ia menghadap Hanas dan kemudian Kayafas. Emosinya terasa semakin berat karena Ia menderita sendiri, ditinggalkan oleh orang-orang yang amat dikasihi-Nya. Ditambah lagi Ia mulai mendapat pukulan fisik. Di Pengadilan agama, wajah-Nya ditampar (Yohanes 18:23) dan dipukuli (Lukas 22:63) mulai pukul 01.00 sampai dini hari.
Sebelum Ia dihukum mati, Ia dibawa ke Pengadilan Romawi. Keadaan fisik Tuhan Yesus saat itu sudah semakin lemah karena Ia tidak tidur semalaman, tidak makan atau minum, juga dipaksa berjalan dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya cukup jauh – ditambah lagi dengan pukulan-pukulan serta ejekan-ejekan, plus kesendirian-Nya. Di depan Pengadilan Romawi, Tuhan Yesus mulai mendapat aniaya yang luar biasa lewat hukuman cambuk. Pada masa itu dikenal 2 macam cambuk dera. Yang satu berupa sebatang tongkat atau ranting-ranting, jenis ini digunakan untuk menghukum warga negara Romawi. Yang kedua berupa cambuk bergagang kayu dengan satu sampai tiga helai kulit atau tali. Ujungnya ada yang diberi bulatan keras atau paku kecil. Jenis inilah yang dipakai untuk menghukum mereka yang bukan warga negara Romawi. Jenis kedua inilah yang digunakan untuk mencambuk Tuhan Yesus.
Menurut Undang-Undang Romawi, yang memberi perintah pengesahan adalah Pontius Pilatus. Itu artinya Tuhan Yesus tidak dicambuk 39 kali seperti yang diperkirakan oleh orang selama ini. Menurut buku “MANUSIA KAIN KAFAN”, penyesahan ini sebanyak 21 kali dari kanan dan 21 kali dari sebelah kiri. Dengan demikian, jumlah luka yang terdapat pada tubuh Tuhan Yesus sampai di kaki-Nya adalah 726 buah dengan kulit, daging dan otot yang pasti ikut tercabik.
Namun demikian, para algojo yang mendera itu amat mahir sehingga mereka tidak memukul daerah-daerah mematikan, seperti wilayah jantung, misalnya. Luka-luka ini menimbulkan rasa nyeri dan pendarahan yang amat banyak. Kondisi ini dapat membawa Tuhan Yesus pada keadaan PRE SHOCK.
Dari sini, Tuhan Yesus membawa bagian horizontal dari salib (Patibulum) yang beratnya kurang lebih 50 kg ke Bukit Golgotha yang terletal di luar kota. Dalam perjalanan, Yesus memikul petibulum pada pundak-Nya dengan kedua lengannya terantang serta diikat pada ujung kanan kiri Petibulum. Bila jumlah terhukum lebih dari satu, mereka akan dihubungkan satu sama lain dengan mengikat seutas tali. Ujung kiri dari petibulum masih diikat ke pergelangan kaki kirinya. Hal ini untuk mencegah para tawanan tidak memukul tentara dengan Patibulum dan melarikan diri.
Dalam buku “MANUSIA KAIN KAFAN” disebut bahwa Yesus adalah terhukum yang diletakkan paling belakang. Padahal kondisi tubuh-Nya paling lemah dibandingkan 2 orang terhukum lainnya. Dengan kondisi paling lemah tentu Ia berjalan paling lambat. Akibatnya kedua penjahat yang berjalan di depannya sering menghentakkan petibulum untuk memaksa Tuhan Yesus mempercepat jalan-Nya. Hentakkan ini menyebabkan patibulum Tuhan Yesus yang sebelah kanan tersentak ke depan sedangkan yang sebelah kiri akan terlempar ke belakang dan ini membuat kaki kiri-Nya tertahan, bahkan tertarik kie belakang pula. Keadaan ini membuat Tuhan Yesus jatuh tertunduk pada lutut-Nya atau terjerembab dengan wajah yang terbentur batu. Hal ini terjadi berkali-kali. Daripada Yesus mati, para pengawal itu segera memanggil Simon dari Kirene.
Sampai di Golgotha, Tuhan Yesus di salib. Paku yang digunakan ukuran kepalanya 1x1 cm dan panjangnya 13-18 cm. Paku ini ditempatkan pada bagian tangan yang diperkirakan dapat menahan tubuh terhukum supaya tidak sampai melorot ke bawah, tepatnya di pergelangan tangan. Setelah kedua lengan direntangkan dan dipaku, patibulum bersama terhukum diangkat oleh para pengawal untuk memasukkan lubang patibulum ke bagian vertical.
Berikut yang dipaku adalah kakinya, di mana sudah disediakan tempat berpijak. Tempat ini ada agar terhukum lebih lama menderita sebelum mati. Perdarahan dipergelangan tangan ini memang tidak banyak, tapi pasti menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Mengapa? Ada beberapa syaraf yang terkena. Demikian pula dengan kaki-Nya. Rasa nyeri akan terus menerus dirasakan bila ia bergerak selam tergantung di salib.
Selain itu gesekan punggung yang penuh luka dengan kayu salib yang kasar akan menambah nyeri dari bekas luka perderaan. Otomatis darah yang tadinya sudah mongering akan kembali mengalir. Akibat rasa nyeri ini, Yesus mengalami kesulitan saat mengambil nafas. Akibat perdarahan yang dialaminya ini, Yesus akan masuk dalam kondisi GAGAL JANTUNG, keadaan inilah yang menyebabkan kematian-Nya di kayu salib.
Keadaan lain yang mempercepat kematian diri-Nya adalah kondisi tubuh-Nya yang sudah sangat lemah saat Ia digantung di kayu salib. Hal ini ditambah lagi dengan PENIKAMAN DI SELA TULANG IGA. Tikaman ini menembus PARU-PARU KANAN menuju BILIK KANAN  dan SERAMBI KANAN JANTUNG.
                                              
 
I Petrus 1:18-19
“Sebab kamu tahu, bahwa kanu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. ”
 

Blog Template by YummyLolly.com - Header made with PS brushes by gvalkyrie.deviantart.com
Sponsored by Free Web Space