Senin, 13 Desember 2010

Nasional
Kejam Mana STIP dengan IPDN
Seharusnya memang tidak seperti ini, karena ini bukan bentuk pembinaan, karena ini salah.
Rabu, 10 Februari 2010, 07:53 WIB
Amril Amarullah
VIVAnews -- Menteri Perhubungan Freddy Numberi diminta untuk turun tangan segera menyelesaikan kasus kekerasan yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, yang dilakukan taruna senior terhadap juniornya.

Video amatir yang terekam beberapa waktu lalu, menunjukan tindakan kekerasan yang segera dituntaskan hingga selesai. "Harus dikejar pelakunya meski sudah lulus, karena itu menteri harus turun tangan," ujar mantan tim evaluasi IPDN, Ryas Rasyid, kepada tvOne, Rabu 10 Februari 2010.

Menurutnya, kasus di STIP ini persis dengan yang di IPDN, bahkan lebih kejam dan sangat berbahaya. Karena rata-rata korbannya itu tewas setelah siswanya lulus atau dua-tiga tahun kemudian. "Bahkan ini jelas lebih kejam. dan lingkungan kampus pastinya tahu atas kasus ini," tuturnya.

Seharusnya memang tidak seperti ini, karena ini bukan bentuk pembinaan, karena ini salah. "Ini harus dikejar karena ini kejahatan manusia," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengetahui beredarnya video kekerasan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Pelaku kekerasan dalam video yang direkam pada 2006 itu, sudah lulus dan diwisuda.
"Saat kami mengetahui video kekerasan itu, pelakunya sudah diwisuda. Karena tidak ada laporan dari taruna korban," kata juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan kepada VIVAnews.

Menurut Bambang, korban pemukulan yang merupakan angkatan 48 juga sudah diwisuda. Kejadian kekerasan pada lorong-lorong kampus itu terjadi pada tengah malam. "Pelakunya adalah Polisi Siswa. Itu diketahui dari ban pada lengan pelaku. Tapi, Polisi Siswa sudah tidak ada lagi sejak 2008," ujar Bambang.

Bambang menegaskan, sejak kejadian itu STIP melakukan perubahan. Sejak 2008, STIP terus mulai merombak beberapa sistem termasuk keberadaan Polisi Siswa. "Sekarang namanya Pembina Taruna dan itu bukan dari taruna senior. Sekelas instruktur jadi bukan sesama siswa," kata Bambang.

Dalam gambar rekaman terlihat tiga mahasiswa junior STIP Jakarta menjadi bulan-bulanan pemukulan seniornya. Dua di antaranya mengalami luka di wajah dan bibir hingga berdarah. Kekerasan ini terekam dalam sebuah video amatir yang beredar.

Video ini memperlihatkan sejumlah taruna junior dibariskan di sebuah lorong. Mereka kemudian ditempeleng dan dipukul. Tampak seorang senior memegang kepala junior, sementara senior lainnya menampar wajah sang junior. Tak lama bibir junior berdarah dan menetes di telapak tangannya.
• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 13 Desember 2010

Nasional
Kejam Mana STIP dengan IPDN
Seharusnya memang tidak seperti ini, karena ini bukan bentuk pembinaan, karena ini salah.
Rabu, 10 Februari 2010, 07:53 WIB
Amril Amarullah
VIVAnews -- Menteri Perhubungan Freddy Numberi diminta untuk turun tangan segera menyelesaikan kasus kekerasan yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, yang dilakukan taruna senior terhadap juniornya.

Video amatir yang terekam beberapa waktu lalu, menunjukan tindakan kekerasan yang segera dituntaskan hingga selesai. "Harus dikejar pelakunya meski sudah lulus, karena itu menteri harus turun tangan," ujar mantan tim evaluasi IPDN, Ryas Rasyid, kepada tvOne, Rabu 10 Februari 2010.

Menurutnya, kasus di STIP ini persis dengan yang di IPDN, bahkan lebih kejam dan sangat berbahaya. Karena rata-rata korbannya itu tewas setelah siswanya lulus atau dua-tiga tahun kemudian. "Bahkan ini jelas lebih kejam. dan lingkungan kampus pastinya tahu atas kasus ini," tuturnya.

Seharusnya memang tidak seperti ini, karena ini bukan bentuk pembinaan, karena ini salah. "Ini harus dikejar karena ini kejahatan manusia," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengetahui beredarnya video kekerasan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Pelaku kekerasan dalam video yang direkam pada 2006 itu, sudah lulus dan diwisuda.
"Saat kami mengetahui video kekerasan itu, pelakunya sudah diwisuda. Karena tidak ada laporan dari taruna korban," kata juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan kepada VIVAnews.

Menurut Bambang, korban pemukulan yang merupakan angkatan 48 juga sudah diwisuda. Kejadian kekerasan pada lorong-lorong kampus itu terjadi pada tengah malam. "Pelakunya adalah Polisi Siswa. Itu diketahui dari ban pada lengan pelaku. Tapi, Polisi Siswa sudah tidak ada lagi sejak 2008," ujar Bambang.

Bambang menegaskan, sejak kejadian itu STIP melakukan perubahan. Sejak 2008, STIP terus mulai merombak beberapa sistem termasuk keberadaan Polisi Siswa. "Sekarang namanya Pembina Taruna dan itu bukan dari taruna senior. Sekelas instruktur jadi bukan sesama siswa," kata Bambang.

Dalam gambar rekaman terlihat tiga mahasiswa junior STIP Jakarta menjadi bulan-bulanan pemukulan seniornya. Dua di antaranya mengalami luka di wajah dan bibir hingga berdarah. Kekerasan ini terekam dalam sebuah video amatir yang beredar.

Video ini memperlihatkan sejumlah taruna junior dibariskan di sebuah lorong. Mereka kemudian ditempeleng dan dipukul. Tampak seorang senior memegang kepala junior, sementara senior lainnya menampar wajah sang junior. Tak lama bibir junior berdarah dan menetes di telapak tangannya.
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com - Header made with PS brushes by gvalkyrie.deviantart.com
Sponsored by Free Web Space